oleh: M.Putra Graha
Apa itu Negeri Sembilan ?
Negeri Sembilan adalah salah satu Negara
Bagian yang berada dalam wilayah pemerintahan Negara tetangga kita, Malaysia. Ibukota dari Negara Bagian ini
adalah Seremban, kota yang sudah menjalin kerjasama sebagai Kota kembar dengan
Kota Bukittinggi, Sumatera Barat sejak waktu lama.
Kenapa
Negara Bagian yang satu ini bernama Negeri Sembilan ? Karena Wilayah ini pada
awalnya merupakan 9 (Sembilan) wilayah awal yang dihuni oleh Perantau asal
Minangkabau di Semenanjung Malaya yang sudah memulai migrasinya secara
besar-besaran pada abad ke-14 (tahun 1400-an) masehi. Artinya, orang
Minangkabau sudah mendiami tanah Malaysia lebih dari 600 tahun.
Negeri Sembilan pada
awalnya merupakan 9 buah kerajaan kecil yang diperintah oleh Orang Minangkabau
di Semenanjung Malaya. Wilayah yang 9 itu adalah: Johol, Jelebu, Klang, Sungai Ujong, Naning, Rembau,
Jelei, Segamat dan
Pasir Besar. Kemudian, atas perintah Raja Minangkabau dan mendapat
perlindungan dari Kerajaan Johor, Ke-Sembilan Kerajaan Kecil tersebut digabung
menjadi satu dalam sebuah Kerajaan yang besar dengan nama Negeri Sembilan.
Pada masa Malaysia berada dibawah jajahan
Inggris, negara kolonial tersebut mengalihkan penguasaan Klang kepada Negara
Bagian Selangor; Naning kepada Malaka; dan Wilayah Segamat kepada Negara Bagian Johor. Namun demikian, wilayah yang tertinggal
tetap disebut sebagai Negeri Sembilan sampai saat ini.
Selama ratusan tahun Negeri Sembilan berada
dibawah kendali Kerajaan Minangkabau yang berpusat di Pagaruyueng, Batusangkar;
sehingga Raja yang akan dinobatkan disana selalu atas izin / ditunjuk oleh Raja
Minangkabau. Keadaan itu kemudian berobah seiring dengan berhasilnya politik
pecah belah yang diterapkan oleh Pemerintahan kolonial Inggris di tanah
Malaysia dan Pemerintah kolonial Balanda yang menjajah Indonesia (terutama
Pasca Perang Paderi yang dimotori oleh Tuanku Imam Bonjol). Kerajaan Negeri
Sembilan mulai menentukan Rajanya sendiri tanpa intervensi dari Kerajaan
Minangkabau melalui satu sistematika yang disebut dengan Undang yang Ampat.
Raja terpilih di rantau Minangkabau ini
disebut dengan Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan; Dan
yang perlu dicatat adalah, yang menjadi Raja (Yang Dipertuan Agong) Pertama
Malaysia adalah Tuanku Abdul Rahman, dari Negeri Sembilan, Urang Awak.
Sampai saat ini, walaupun
Kerajaan Minangkabau sudah tidak lagi memiliki otoritas atas Negeri Sembilan,
namun hubungan antara Pembesar Negeri tersebut dengan Pewaris Tahta Kerajaan
Minangkabau dan Para Penghulu di Minangkabau tetap terjalin dengan baik.
Terbukti dibanyak kesempatan, masih ada acara saling kunjung mengunjungi antara
kedua belah pihak; misalnya ketika ada acara malewakan Pangulu, dan Penobatan
Raja. Para pembesar dari Negeri Sembilan tetap punya kepedulian yang besar
terhadap tanah Nenek Moyang mereka (Minangkabau), salah satunya adalah besar
sumbangsih mereka pasca terbakarnya Istano Basa Pagaruyueng, sampai akhirnya
kembali tegak seperti sedia kala.
Dan untuk menunjukkan
kecintaan Nenek Moyang kita yang menyeberang ke Tanah Malaya itu sejak tahun
1400-an tersebut, mereka menamakan banyak tempat di Negeri Sembilan dengan
nama-nama Nagari di Minangkabau, seperti. Buloh Kasap di Segamat (Nagari Bulueh
Kasok di Limo Pulueh Koto). Ini juga menandakan, Nagari-nagari yang namanya
juga diabadikan menjadi sebuah tempat di Tanah Melayu,itu adalah Nagari yang
sudah punya Sejarah panjang dan sudah ada sejak Kerajaan Minangkabau berjaya di
Bumi Nusantara ini pada masa yang lalu.
Lebih Jauh tentang Negeri Sembilan
Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas,
Raja yang memerintah di Negeri Sembilan adalah keturunan Minangkabau. Istananya
bernama Seri Menanti (Sri Menanti) di Kota Seremban. Jika kita tilik secara
seksama, beginilah kira-kira potret Negeri Sembilan:
Ø Adat
istiadatnya sama dengan adat Minangkabau;
Ø Peraturan-peraturan
kerajaannya sebagiannya sama dengan sistim yang ada di Minangkabau;
Ø Bahasa
yang mereka pakai di sini mirip Bahasa Minang yang dipakai oleh saudara-saudara
kita di Kampar dengan logat Melayu;
Ø Suku
orang Minang yang tinggal di Negeri Sembilan ini ada 12 :
v Suku
Biduanda / Waris;
v Suku
Batu Hampar (Orang pesukuannya berasal dari Nagari Batu Ampa, Kabupaten Limo
Pulueh Koto);
v Suku
Payakumbuh (Orang pesukuannya berasal dari Kota Payakumbuh);
v Suku
Mungkal (Orang pesukuannya berasal dari Nagari Mungka, Kabupaten Limo Pulueh
Koto);
v Suku
Tiga Nenek (Tigo Niniek);
v Suku
Seri Malenggang;
v Suku
Seri Lemak (Orang pesukuannya berasal dari Nagari Sari Lamak, Kabupaten Limo
Pulueh Koto);
v Suku
Batu Belang (Orang pesukuannya berasal dari Nagari Batu Balang, Kabupaten Limo
Pulueh Koto);
v Suku
Tanah Datar (Orang pesukuannya berasal dari Nagari Sumaniek, Kecamatan
Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar);
v Suku
Tiga Batu (berasal dari Nagari Tigo Batue);
v Suku
Anak Acheh;
v Suku
Anak Malaka.
Berdasarkan nama ke-12 suku diatas,
bisa kita menyimpulkan, mereka yang saat ini disebut sebagai penduduk asli Negeri
Sembilan, umumnya berasal dari Luak Limo Pulueh Koto (Kota Payakumbuh dan
sekitarnya).
Kenapa harus ke Negeri Sembilan ?
Alasan utama dari saya untuk menyarankan
kepada semua mereka yang menyebut dirinya sebagai orang Minangkabau / Minang
atau keturunan Minangkabau / Minang untuk berkunjung ke Negeri Sembilan ini
adalah suasana hati kita disaat berada disana akan sama seperti kita berada di
Ranah Minang, sehingga tidak ada salahnya kita menyebut Negeri Sembilan dengan
Ranah Minang kedua; Lebih jauh, jika
kita berkunjung kesini, kita tidak perlu penyesuaian lingkungan yang lama,
karena kita berkunjung tanah saudara kita;
Kedua:
Tidak beda dengan alam Ranah Minang yang indah permai, Negeri Sembilan juga
memiliki banyak obyek Wisata yang mempesona dan sayang untuk dilewatkan apabila
kita diberi kesempatan untuk bisa berkunjung kesana;
Ketiga:
Negeri Sembilan dengan Ibukotanya, Seremban adalah wilayah yang paling dekat
dengan KLIA 2; Lapangan udara Internasional utama di Malaysia; Salah satu Lapangan
Udara Internasional terbaik di dunia. Hanya butuh waktu sekitar 30-35 menit
dari Bandara menuju ke Kota Seremban. Sementara, kalau kita mau terus ke Kuala
Lumpur, butuh waktu yang jauh lebih lama, karena Ibukota Malaysia tersebut
berada lumayan jauh dari KLIA 2.
Ke-empat:
Kunjungan ke Negeri Sembilan bisa menjadi semacam media pembelajaran untuk
Urang Awak dalam mencoba melancong ke luar negeri. Dengan dana minim, kita bisa
jalan-jalan di seputaran Bandara KLIA 2 yang penuh dengan fasilitas modern dan
pusat perbelanjaan sebelum menuju ke Negeri Sembilan. Kita bisa mengambil semua
pengalaman disana apabila kita nanti punya kesempatan untuk berkunjung ke
Bandara yang lebih kecil atau ke Bandara yang lebih baik sekalipun.
Kelima:
Setelah puas mengunjungi semua tempat di Negeri Sembilan; kita bisa melanjutkan
kunjungan ke tempat-tempat lain di Malaysia (dimulai dari Kuala Lumpur) atau
pergi lebih dahulu ke Singapura, karena dari Seremban sudah ada Bus yang
langung menuju ke kota Singa tersebut.
Ke-enam:
Tarif hotel (penginapan) di Negeri Sembilan sama dengan yang ada di Sumatera
Barat; mulai dari yang paling murah (sekitar 100 ribu rupiah) sampai puluhan
juta (terutama di Port Dickson); kita tinggal pilih.
Ke-tujuh:
Hanya ada satu maskapai penerbangan yang akan membawa kita ke KLIA 2 dari
Bandara Internasional Minangkabau di Padang, yaitu AirAsia. Dan ongkos yang
harus kita keluarkan untuk naik maskapai penerbangan yang satu ini sangat
murah, apalagi jika kita memesannya dari jauh-jauh hari. Jika anda rajin
membuka situs www.airasia.com
anda akan punya kesempatan untuk mendapatkan harga tiket yang miring ke KLIA 2
dari BIM di Padang. Tahun kemarin, pada bulan Ramadhan, AirAsia menjual tiket
Promo yang hanya Rp.199.000 sekali jalan. Artinya Cuma Rp;400.000.- (empat
ratus ribu rupiah) pulang-pergi. Dan pada saat tulisan ini saya luncurkan,
AirAsia sedang meluncurkan Program Buy One Go Two; beli satu tiket bisa
berangkat 2 orang.
Ke-delapan:
Pemaparan diatas bisa mengindikasikan kalau untuk pergi main-main (travelling)
ke Negeri Sembilan, tidak perlu menunggu kaya. Dengan menabung dan punya uang
1,5-2 juta di kantong anda sudah bisa kesana untuk masa kunjungan 1-2 hari
(tentu saja jika tiket Pulang-Pergi Pesawat AirAsia dikisaran harga sekitar 500
ribu-an). Anak sekolahpun akan mampu jika mereka mau.
Ke-sembilan:
Bertolak dari alasan utama diatas, jika ada Urang Awak yang ingin menetap di
Negeri Sembilan; ingin kuliah disana, bekerja, atau merantau kesana; tidak akan
membutuhkan usaha sebesar ketempat yang lain dari rantau yang satu ini (jika
tujuan itu ada diluar Indonesia).
Bagaimana Caranya ?
Sebenarnya, semuanya sudah terpapar pada
paragraf yang saya tulis diatas, namun sebagai simpulan, bisa saya ungkap
sebagai berikut:
ü Pastikan
anda sudah punya paspor (urus ke kantor Imigrasi);
ü Pastikan
anda punya uang minimal seperti yang disebutkan diatas;
ü Buka
situs www.airasia.com
; tentukan kapan anda ingin berangkat dan pulang kembali ke Padang, dan lihat
berapa ongkos pesawat pada saat itu;
ü Pelajarilah
tempat-tempat yang anda ingin kunjungi di Negeri Sembilan berikut tempat dimana
bisa menginap disana;
ü Untuk
pegangan Uang Ringgit, anda bisa menukarkannya sebelum berangkat di banyak Toko
Emas yang ada di seluruh Sumatera Barat atau di Money Changer yang ada di
banyak Kota di Sumatera Barat (termasuk di BIM) atau anda juga bisa hanya mengantongi uang rupiah sampai ke
KLIA 2 dan menukarkannya dengan Uang Ringgit setibanya di Malaysia;
ü Pada
saat akan berangkat, pastikan barang bawaan tidak lebih dari 7 kilogram agar
bisa dibawa langsung ke atas pesawat (tidak menuntut bagasi);
ü Setibanya
nanti di KLIA 2, anda bisa menghabiskan waktu terlebih dahulu dengan mengitari
seluruh wilayah Bandara (kalau sanggup) sambil mencari tahu shelter Bus yang
akan mengantar anda ke Negeri Sembilan;
ü Selamat,
jika anda sudah bisa sampai ke Negeri Sembilan. Jika anda sudah bisa sampai
kesana, saya tidak perlu memberi pemaparan lebih jauh, karena saya yakin anda
Insya Allah akan bisa kembali ke Ranah Minang kembali dengan menapak tilasi
jejak anda sejak keberangkatan dari rumah anda;
ü Sampaikan
salam dari saya untuk dunsanak-dunsanak awak nan di Negeri Sembilan
Demikian…! Semoga tulisan ini tidak hanya
akan dibaca oleh Orang Minangkabau / Minang di Sumatera Barat, namun juga para
perantau, termasuk juga dalam hal ini Saudara-saudara kita yang ada di Negeri
Sembilan. Sebab saya mensinyalir, banyak anak-kemenakan saya disana yang sudah
tidak tahu lagi kalau mereka berasal dari Minangkabau; dan sebaliknya tidak
banyak Urang Awak yang mengetahui semua fakta tentang Negeri Sembilan
sebagaimana yang sudah saya paparkan Saya juga mengharapkan dua sisi kejadian dari tulisan
ini; di satu sisi, semoga Negeri Sembilan akan dibanjiri oleh Orang Minang /
Minangkabau dari segala penjuru; namun di sisi lain, saya juga berharap akan
juga terjadi ledakan kunjungan dari saudara-saudara serta anak kemenakan saya
yang ada disana untuk melihat kampung Nenek Moyangnya di Minangkabau, Sumatera
Barat. Kita akan saling meramaikan dan undang-mengundang dalam banyak peristiwa
di daerah kita. Semoga Bermanfaat……! Alhamdulillaahi Robbil ‘Aalamien…!
Payakumbuh, 2 Februari 2016
(Penulis adalah Guru Bahasa Inggris
MAN 3 Payakumbuh – Sumatera Barat – Indonesia)
Sumber Informasi untuk mengeluarkan
tulisan ini:
1.
Buku Tambo Alam Minangkabau – Tatanan
Adat Warisan Nenek Moyang Orang Minang: Ibrahim Dt.Sanggoeno
Diradjo: Kristal Multimedia: Bukittinggi:2015.
(Jika
ada yang berminat ingin memiliki buku ini, bisa dicari di Toko-toko Buku
terdekat, atau langsung ke: Penerbit Buku Alam Minangkabau – Kristal
Multimedia: Jln.Mangga no.5 Tangah Jua, Bukittinggi 26231 Sumatera barat;
Atau
melalui telepon: 0752-33768
2.
Segala sumber informasi yang bisa
terpantau melalui search-engine (saya menggunakan Google dan Yahoo) tentang
Negeri Sembilan. Baik itu dalam bentuk artikel, ulasan, status di media social
( Twitter dan Facebook), foto-foto di Flickr, dan video-video di Youtube.
o
Catatan Tambahan:
Berbicara sedikit tentang Nagari Bulueh
Kasok (Kabupaten Limopulueh Koto), saya melihat satu sinyal yang sangat kuat
kalau Nagari yang satu ini adalah Nagari yang sudah punya sejarah yang sangat
lama di Minangkabau, terutama untuk Luak Limopulueh Koto. Ditambah lagi dengan
keberadaan Kota Buloh Kasap di Segamat (Johor) yang dulunya merupakan bagian
dari Negeri Sembilan menjadi sinyal tersendiri untuk fakta ini. Jika kita
melihat bentuk Nagari Bulueh Kasok pada saat ini, tak akan ada yang akan
percaya kalau wilayah itu adalah sebuah wilayah yang sudah tua, karena hampir
semua wilayah berada pada kawasan hutan; hal ini juga yang membuat saya sangat
prihatin.
Untuk
pergi ke Nagari Bulueh Kasok dari Kota Payakumbuh, kita masuk dari Nagari Batu
Bolang (tidak jauh dari Simpang Tanjung Pati atau Pasar Taram), lalu terus ke
Nagari Pilubang dengan kondisi jalan yang sangat memprihatinkan, lalu baru kita
sampai di Nagari Bulueh Kasok. Di Nagari ini, ada sedikit ruas jalan yang
teraspal dengan baik, namun tidak panjang, dengan lebar seadanya. Selepas itu,
(masih di Bulueh Kasok), yang akan kita lalui hanya jalan tanah yang akan
hancur-hancuran disaat musin hujan dan hanya bisa dilalui oleh Sepeda motor dan
Kuda.
Kuat
dugaan saya jalur jalan yang melewati Nagari Bulueh Kasok ini adalah salah satu
jalan yang dilewati oleh Nenek Moyang kita untuk Migrasi menuju Riau Daratan (ke
Siak) lalu terus sampai ke Negeri Sembilan. Karena dari jalan itu tembus sampai
ke Kecamatan Kampar Hilir Hulu di Kabupaten Kampar (Riau), yang nota bene-nya
masih Wilayah rantau Orang Minangkabau namun berada dibawah administrasi Propinsi
Riau. Jika diukur panjang jalannya, maka jarak tempuh untuk sampai ke Kuok
(Bangkinang) melalui Nagari Bulueh Kasok ini sedikit lebih pendek dibandingkan
apabila kita menempuh jalan melalui Kelok Sembilan - Pangkalan.
Dari informasi yang saya
peroleh dari anak didik saya yang berasal dari Pangkakalan Kapas ini (Yedi
Rianto – Siswa Kelas XII IPS di MAN 3 Payakumbuh – pada Tahun Pelajaran
2015/2016); untuk sampai di Payakumbuh dari Kampungnya dengan melalui jalanan
yang sangat mengenaskan itu, dia butuh waktu sekitar 2 (dua) jam. Sementara, dari
Pangkalan Kapas ke Kuok (Bangkinang), dengan jalan yang tak kalah mengenaskan
dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam.
Lebih jauh, Yedi
mengatakan, jika seandainya Pemerintah mau beri’tikat untuk merombak struktur
jalan itu sehingga layak untuk dilalui kendaraan roda 4 / lebih, maka dia akan
bisa ke Payakumbuh dalam waktu tidak lebih dari 1 (satu) jam; dan apabila jalan
dari kampungnya ke Kuok juga diperbaiki menjadi lebih baik, maka hanya akan
butuh waktu tidak lebih dari 1,5 jam ke Kuok. Artinya, dari Payakumbuh ke Kuok
(Bangkinang) hanya akan membutuhkan waktu tempuh sekitar 2,5 jam apabila jalan
ini bisa direalisasikan; sama lamanya jika dibanding bila kita melalui jalan
yang ada sekarang (Apabila menyetir sendiri tanpa berhenti, saya butuh waktu
2,5 jam untuk sampai ke Kuok dari Payakumbuh). Apa maksudnya ? Jalan itu akan
bisa menjadi jalan alternatif untuk menuju ke Payakumbuh (Sumatera Barat) jika
ada masalah dengan jalur Kelok Sembilan. Dan, akan semakin anak kemanakan kita
yang di Kampar bersekolah atau hijrah ke Sumatera Barat, terutama kota
Payakumbuh. Pada saat ini, dengan kondisi jalan yang sangat parah itu, dengan
menggunakan sepeda motornya, Yedi hanya sanggup pulang kampung 2 kali dalam
setahun – ketika liburan Semester.
Mungkinkah pemerintah
bisa mewujudkan semua itu ? Bagaimana cara kita mewujudkannya ? Perlu kerjasama
dari semua pihak untuk bisa mewujudkan semua yang masih impian tersebut:
Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota dengan Pemerintah Kabupaten Kampar;
Pemerintah Propinsi Sumatera Barat dan Riau; Serta Pemerintah Pusat. Besar
harapan saya semua ini bisa diwujudkan. Dan saya yakin itu akan bisa – apabila
semua kita i’tikat yang sama untuk ini. Kabulkanlah, ya Allah…!