Wednesday, February 3, 2016

Mari ke Negeri Sembilan

oleh: M.Putra Graha


Apa itu Negeri Sembilan ?
Negeri Sembilan adalah salah satu Negara Bagian yang berada dalam wilayah pemerintahan Negara tetangga kita,  Malaysia. Ibukota dari Negara Bagian ini adalah Seremban, kota yang sudah menjalin kerjasama sebagai Kota kembar dengan Kota Bukittinggi, Sumatera Barat sejak waktu lama.
            Kenapa Negara Bagian yang satu ini bernama Negeri Sembilan ? Karena Wilayah ini pada awalnya merupakan 9 (Sembilan) wilayah awal yang dihuni oleh Perantau asal Minangkabau di Semenanjung Malaya yang sudah memulai migrasinya secara besar-besaran pada abad ke-14 (tahun 1400-an) masehi. Artinya, orang Minangkabau sudah mendiami tanah Malaysia lebih dari 600 tahun.
Negeri Sembilan pada awalnya merupakan 9 buah kerajaan kecil yang diperintah oleh Orang Minangkabau di Semenanjung Malaya. Wilayah yang 9 itu adalah: Johol, Jelebu, Klang, Sungai Ujong, Naning, Rembau, Jelei, Segamat dan Pasir Besar. Kemudian, atas perintah Raja Minangkabau dan mendapat perlindungan dari Kerajaan Johor, Ke-Sembilan Kerajaan Kecil tersebut digabung menjadi satu dalam sebuah Kerajaan yang besar dengan nama Negeri Sembilan.  
Pada masa Malaysia berada dibawah jajahan Inggris, negara kolonial tersebut mengalihkan penguasaan Klang kepada Negara Bagian Selangor; Naning kepada Malaka; dan Wilayah Segamat kepada Negara Bagian Johor. Namun demikian, wilayah yang tertinggal tetap disebut sebagai Negeri Sembilan sampai saat ini.
Selama ratusan tahun Negeri Sembilan berada dibawah kendali Kerajaan Minangkabau yang berpusat di Pagaruyueng, Batusangkar; sehingga Raja yang akan dinobatkan disana selalu atas izin / ditunjuk oleh Raja Minangkabau. Keadaan itu kemudian berobah seiring dengan berhasilnya politik pecah belah yang diterapkan oleh Pemerintahan kolonial Inggris di tanah Malaysia dan Pemerintah kolonial Balanda yang menjajah Indonesia (terutama Pasca Perang Paderi yang dimotori oleh Tuanku Imam Bonjol). Kerajaan Negeri Sembilan mulai menentukan Rajanya sendiri tanpa intervensi dari Kerajaan Minangkabau melalui satu sistematika yang disebut dengan Undang yang Ampat.
Raja terpilih di rantau Minangkabau ini disebut dengan Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan; Dan yang perlu dicatat adalah, yang menjadi Raja (Yang Dipertuan Agong) Pertama Malaysia adalah Tuanku Abdul Rahman, dari Negeri Sembilan, Urang Awak.
Sampai saat ini, walaupun Kerajaan Minangkabau sudah tidak lagi memiliki otoritas atas Negeri Sembilan, namun hubungan antara Pembesar Negeri tersebut dengan Pewaris Tahta Kerajaan Minangkabau dan Para Penghulu di Minangkabau tetap terjalin dengan baik. Terbukti dibanyak kesempatan, masih ada acara saling kunjung mengunjungi antara kedua belah pihak; misalnya ketika ada acara malewakan Pangulu, dan Penobatan Raja. Para pembesar dari Negeri Sembilan tetap punya kepedulian yang besar terhadap tanah Nenek Moyang mereka (Minangkabau), salah satunya adalah besar sumbangsih mereka pasca terbakarnya Istano Basa Pagaruyueng, sampai akhirnya kembali tegak seperti sedia kala.
Dan untuk menunjukkan kecintaan Nenek Moyang kita yang menyeberang ke Tanah Malaya itu sejak tahun 1400-an tersebut, mereka menamakan banyak tempat di Negeri Sembilan dengan nama-nama Nagari di Minangkabau, seperti. Buloh Kasap di Segamat (Nagari Bulueh Kasok di Limo Pulueh Koto). Ini juga menandakan, Nagari-nagari yang namanya juga diabadikan menjadi sebuah tempat di Tanah Melayu,itu adalah Nagari yang sudah punya Sejarah panjang dan sudah ada sejak Kerajaan Minangkabau berjaya di Bumi Nusantara ini pada masa yang lalu.

Lebih Jauh tentang Negeri Sembilan
Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, Raja yang memerintah di Negeri Sembilan adalah keturunan Minangkabau. Istananya bernama Seri Menanti (Sri Menanti) di Kota Seremban. Jika kita tilik secara seksama, beginilah kira-kira potret Negeri Sembilan:
Ø  Adat istiadatnya sama dengan adat Minangkabau;
Ø  Peraturan-peraturan kerajaannya sebagiannya sama dengan sistim yang ada di Minangkabau;
Ø  Bahasa yang mereka pakai di sini mirip Bahasa Minang yang dipakai oleh saudara-saudara kita di Kampar dengan logat Melayu;
Ø  Suku orang Minang yang tinggal di Negeri Sembilan ini ada 12 :
v  Suku Biduanda / Waris;
v  Suku Batu Hampar (Orang pesukuannya berasal dari Nagari Batu Ampa, Kabupaten Limo Pulueh Koto);
v  Suku Payakumbuh (Orang pesukuannya berasal dari Kota Payakumbuh);
v  Suku Mungkal (Orang pesukuannya berasal dari Nagari Mungka, Kabupaten Limo Pulueh Koto);
v  Suku Tiga Nenek (Tigo Niniek);
v  Suku Seri Malenggang;
v  Suku Seri Lemak (Orang pesukuannya berasal dari Nagari Sari Lamak, Kabupaten Limo Pulueh Koto);
v  Suku Batu Belang (Orang pesukuannya berasal dari Nagari Batu Balang, Kabupaten Limo Pulueh Koto);
v  Suku Tanah Datar (Orang pesukuannya berasal dari Nagari Sumaniek, Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar);
v  Suku Tiga Batu (berasal dari Nagari Tigo Batue)
v  Suku Anak Acheh;
v  Suku Anak Malaka.
Berdasarkan nama ke-12 suku diatas, bisa kita menyimpulkan, mereka yang saat ini disebut sebagai penduduk asli Negeri Sembilan, umumnya berasal dari Luak Limo Pulueh Koto (Kota Payakumbuh dan sekitarnya).

Kenapa harus ke Negeri Sembilan ?
Alasan utama dari saya untuk menyarankan kepada semua mereka yang menyebut dirinya sebagai orang Minangkabau / Minang atau keturunan Minangkabau / Minang untuk berkunjung ke Negeri Sembilan ini adalah suasana hati kita disaat berada disana akan sama seperti kita berada di Ranah Minang, sehingga tidak ada salahnya kita menyebut Negeri Sembilan dengan Ranah Minang kedua; Lebih jauh,  jika kita berkunjung kesini, kita tidak perlu penyesuaian lingkungan yang lama, karena kita berkunjung tanah saudara kita;
            Kedua: Tidak beda dengan alam Ranah Minang yang indah permai, Negeri Sembilan juga memiliki banyak obyek Wisata yang mempesona dan sayang untuk dilewatkan apabila kita diberi kesempatan untuk bisa berkunjung kesana;    
            Ketiga: Negeri Sembilan dengan Ibukotanya, Seremban adalah wilayah yang paling dekat dengan KLIA 2; Lapangan udara Internasional utama di Malaysia; Salah satu Lapangan Udara Internasional terbaik di dunia. Hanya butuh waktu sekitar 30-35 menit dari Bandara menuju ke Kota Seremban. Sementara, kalau kita mau terus ke Kuala Lumpur, butuh waktu yang jauh lebih lama, karena Ibukota Malaysia tersebut berada lumayan jauh dari KLIA 2.
            Ke-empat: Kunjungan ke Negeri Sembilan bisa menjadi semacam media pembelajaran untuk Urang Awak dalam mencoba melancong ke luar negeri. Dengan dana minim, kita bisa jalan-jalan di seputaran Bandara KLIA 2 yang penuh dengan fasilitas modern dan pusat perbelanjaan sebelum menuju ke Negeri Sembilan. Kita bisa mengambil semua pengalaman disana apabila kita nanti punya kesempatan untuk berkunjung ke Bandara yang lebih kecil atau ke Bandara yang lebih baik  sekalipun.
            Kelima: Setelah puas mengunjungi semua tempat di Negeri Sembilan; kita bisa melanjutkan kunjungan ke tempat-tempat lain di Malaysia (dimulai dari Kuala Lumpur) atau pergi lebih dahulu ke Singapura, karena dari Seremban sudah ada Bus yang langung menuju ke kota Singa tersebut.  
           Ke-enam: Tarif hotel (penginapan) di Negeri Sembilan sama dengan yang ada di Sumatera Barat; mulai dari yang paling murah (sekitar 100 ribu rupiah) sampai puluhan juta (terutama di Port Dickson); kita tinggal pilih.
            Ke-tujuh: Hanya ada satu maskapai penerbangan yang akan membawa kita ke KLIA 2 dari Bandara Internasional Minangkabau di Padang, yaitu AirAsia. Dan ongkos yang harus kita keluarkan untuk naik maskapai penerbangan yang satu ini sangat murah, apalagi jika kita memesannya dari jauh-jauh hari. Jika anda rajin membuka situs www.airasia.com anda akan punya kesempatan untuk mendapatkan harga tiket yang miring ke KLIA 2 dari BIM di Padang. Tahun kemarin, pada bulan Ramadhan, AirAsia menjual tiket Promo yang hanya Rp.199.000 sekali jalan. Artinya Cuma Rp;400.000.- (empat ratus ribu rupiah) pulang-pergi. Dan pada saat tulisan ini saya luncurkan, AirAsia sedang meluncurkan Program Buy One Go Two; beli satu tiket bisa berangkat 2 orang.
           Ke-delapan: Pemaparan diatas bisa mengindikasikan kalau untuk pergi main-main (travelling) ke Negeri Sembilan, tidak perlu menunggu kaya. Dengan menabung dan punya uang 1,5-2 juta di kantong anda sudah bisa kesana untuk masa kunjungan 1-2 hari (tentu saja jika tiket Pulang-Pergi Pesawat AirAsia dikisaran harga sekitar 500 ribu-an). Anak sekolahpun akan mampu jika mereka mau.
            Ke-sembilan: Bertolak dari alasan utama diatas, jika ada Urang Awak yang ingin menetap di Negeri Sembilan; ingin kuliah disana, bekerja, atau merantau kesana; tidak akan membutuhkan usaha sebesar ketempat yang lain dari rantau yang satu ini (jika tujuan itu ada diluar Indonesia).
  
Bagaimana Caranya ?
Sebenarnya, semuanya sudah terpapar pada paragraf yang saya tulis diatas, namun sebagai simpulan, bisa saya ungkap sebagai berikut:
ü Pastikan anda sudah punya paspor (urus ke kantor Imigrasi);
ü Pastikan anda punya uang minimal seperti yang disebutkan diatas;
ü Buka situs www.airasia.com ; tentukan kapan anda ingin berangkat dan pulang kembali ke Padang, dan lihat berapa ongkos pesawat pada saat itu;
ü Pelajarilah tempat-tempat yang anda ingin kunjungi di Negeri Sembilan berikut tempat dimana bisa menginap disana;
ü Untuk pegangan Uang Ringgit, anda bisa menukarkannya sebelum berangkat di banyak Toko Emas yang ada di seluruh Sumatera Barat atau di Money Changer yang ada di banyak Kota di Sumatera Barat (termasuk di BIM) atau anda juga bisa hanya mengantongi uang rupiah sampai ke KLIA 2 dan menukarkannya dengan Uang Ringgit setibanya di Malaysia;
ü Pada saat akan berangkat, pastikan barang bawaan tidak lebih dari 7 kilogram agar bisa dibawa langsung ke atas pesawat (tidak menuntut bagasi);
ü Setibanya nanti di KLIA 2, anda bisa menghabiskan waktu terlebih dahulu dengan mengitari seluruh wilayah Bandara (kalau sanggup) sambil mencari tahu shelter Bus yang akan mengantar anda ke Negeri Sembilan;
ü Selamat, jika anda sudah bisa sampai ke Negeri Sembilan. Jika anda sudah bisa sampai kesana, saya tidak perlu memberi pemaparan lebih jauh, karena saya yakin anda Insya Allah akan bisa kembali ke Ranah Minang kembali dengan menapak tilasi jejak anda sejak keberangkatan dari rumah anda;
ü Sampaikan salam dari saya untuk dunsanak-dunsanak awak nan di Negeri Sembilan

Demikian…! Semoga tulisan ini tidak hanya akan dibaca oleh Orang Minangkabau / Minang di Sumatera Barat, namun juga para perantau, termasuk juga dalam hal ini Saudara-saudara kita yang ada di Negeri Sembilan. Sebab saya mensinyalir, banyak anak-kemenakan saya disana yang sudah tidak tahu lagi kalau mereka berasal dari Minangkabau; dan sebaliknya tidak banyak Urang Awak yang mengetahui semua fakta tentang Negeri Sembilan sebagaimana yang sudah saya paparkan  Saya juga mengharapkan dua sisi kejadian dari tulisan ini; di satu sisi, semoga Negeri Sembilan akan dibanjiri oleh Orang Minang / Minangkabau dari segala penjuru; namun di sisi lain, saya juga berharap akan juga terjadi ledakan kunjungan dari saudara-saudara serta anak kemenakan saya yang ada disana untuk melihat kampung Nenek Moyangnya di Minangkabau, Sumatera Barat. Kita akan saling meramaikan dan undang-mengundang dalam banyak peristiwa di daerah kita. Semoga Bermanfaat……! Alhamdulillaahi Robbil ‘Aalamien…!

Payakumbuh, 2 Februari 2016
(Penulis adalah Guru Bahasa Inggris MAN 3 Payakumbuh – Sumatera Barat – Indonesia)

Sumber Informasi untuk mengeluarkan tulisan ini:
1.      Buku Tambo Alam Minangkabau – Tatanan Adat Warisan Nenek Moyang Orang Minang: Ibrahim Dt.Sanggoeno Diradjo: Kristal Multimedia: Bukittinggi:2015.
(Jika ada yang berminat ingin memiliki buku ini, bisa dicari di Toko-toko Buku terdekat, atau langsung ke: Penerbit Buku Alam Minangkabau – Kristal Multimedia: Jln.Mangga no.5 Tangah Jua, Bukittinggi 26231 Sumatera barat;
Atau melalui telepon: 0752-33768

2.      Segala sumber informasi yang bisa terpantau melalui search-engine (saya menggunakan Google dan Yahoo) tentang Negeri Sembilan. Baik itu dalam bentuk artikel, ulasan, status di media social ( Twitter dan Facebook), foto-foto di Flickr, dan video-video di Youtube.


o

Catatan Tambahan:
Berbicara sedikit tentang Nagari Bulueh Kasok (Kabupaten Limopulueh Koto), saya melihat satu sinyal yang sangat kuat kalau Nagari yang satu ini adalah Nagari yang sudah punya sejarah yang sangat lama di Minangkabau, terutama untuk Luak Limopulueh Koto. Ditambah lagi dengan keberadaan Kota Buloh Kasap di Segamat (Johor) yang dulunya merupakan bagian dari Negeri Sembilan menjadi sinyal tersendiri untuk fakta ini. Jika kita melihat bentuk Nagari Bulueh Kasok pada saat ini, tak akan ada yang akan percaya kalau wilayah itu adalah sebuah wilayah yang sudah tua, karena hampir semua wilayah berada pada kawasan hutan; hal ini juga yang membuat saya sangat prihatin.
            Untuk pergi ke Nagari Bulueh Kasok dari Kota Payakumbuh, kita masuk dari Nagari Batu Bolang (tidak jauh dari Simpang Tanjung Pati atau Pasar Taram), lalu terus ke Nagari Pilubang dengan kondisi jalan yang sangat memprihatinkan, lalu baru kita sampai di Nagari Bulueh Kasok. Di Nagari ini, ada sedikit ruas jalan yang teraspal dengan baik, namun tidak panjang, dengan lebar seadanya. Selepas itu, (masih di Bulueh Kasok), yang akan kita lalui hanya jalan tanah yang akan hancur-hancuran disaat musin hujan dan hanya bisa dilalui oleh Sepeda motor dan Kuda.
            Kuat dugaan saya jalur jalan yang melewati Nagari Bulueh Kasok ini adalah salah satu jalan yang dilewati oleh Nenek Moyang kita untuk Migrasi menuju Riau Daratan (ke Siak) lalu terus sampai ke Negeri Sembilan. Karena dari jalan itu tembus sampai ke Kecamatan Kampar Hilir Hulu di Kabupaten Kampar (Riau), yang nota bene-nya masih Wilayah rantau Orang Minangkabau namun berada dibawah administrasi Propinsi Riau. Jika diukur panjang jalannya, maka jarak tempuh untuk sampai ke Kuok (Bangkinang) melalui Nagari Bulueh Kasok ini sedikit lebih pendek dibandingkan apabila kita menempuh jalan melalui Kelok Sembilan - Pangkalan.
Dari informasi yang saya peroleh dari anak didik saya yang berasal dari Pangkakalan Kapas ini (Yedi Rianto – Siswa Kelas XII IPS di MAN 3 Payakumbuh – pada Tahun Pelajaran 2015/2016); untuk sampai di Payakumbuh dari Kampungnya dengan melalui jalanan yang sangat mengenaskan itu, dia butuh waktu sekitar 2 (dua) jam. Sementara, dari Pangkalan Kapas ke Kuok (Bangkinang), dengan jalan yang tak kalah mengenaskan dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam.  
Lebih jauh, Yedi mengatakan, jika seandainya Pemerintah mau beri’tikat untuk merombak struktur jalan itu sehingga layak untuk dilalui kendaraan roda 4 / lebih, maka dia akan bisa ke Payakumbuh dalam waktu tidak lebih dari 1 (satu) jam; dan apabila jalan dari kampungnya ke Kuok juga diperbaiki menjadi lebih baik, maka hanya akan butuh waktu tidak lebih dari 1,5 jam ke Kuok. Artinya, dari Payakumbuh ke Kuok (Bangkinang) hanya akan membutuhkan waktu tempuh sekitar 2,5 jam apabila jalan ini bisa direalisasikan; sama lamanya jika dibanding bila kita melalui jalan yang ada sekarang (Apabila menyetir sendiri tanpa berhenti, saya butuh waktu 2,5 jam untuk sampai ke Kuok dari Payakumbuh). Apa maksudnya ? Jalan itu akan bisa menjadi jalan alternatif untuk menuju ke Payakumbuh (Sumatera Barat) jika ada masalah dengan jalur Kelok Sembilan. Dan, akan semakin anak kemanakan kita yang di Kampar bersekolah atau hijrah ke Sumatera Barat, terutama kota Payakumbuh. Pada saat ini, dengan kondisi jalan yang sangat parah itu, dengan menggunakan sepeda motornya, Yedi hanya sanggup pulang kampung 2 kali dalam setahun – ketika liburan Semester.

Mungkinkah pemerintah bisa mewujudkan semua itu ? Bagaimana cara kita mewujudkannya ? Perlu kerjasama dari semua pihak untuk bisa mewujudkan semua yang masih impian tersebut: Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota dengan Pemerintah Kabupaten Kampar; Pemerintah Propinsi Sumatera Barat dan Riau; Serta Pemerintah Pusat. Besar harapan saya semua ini bisa diwujudkan. Dan saya yakin itu akan bisa – apabila semua kita i’tikat yang sama untuk ini. Kabulkanlah, ya Allah…!

No comments:

Post a Comment